Jakarta - Kecelakaan pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Jawa Barat, yang mengangkut pejabat dan wartawan pada sebuah misi promosi memberikan bayang-bayang kelam bagi Kremlin untuk membangkitkan kedirgantaraan Rusia.
Jatuhnya pesawat Sukhoi tersebut menyebabkan para analis mengeluarkan banyak pendapat negatif. Bahkan para analis tidak bisa memprediksikan seberapa parah akibat yang ditimbulkan dari jatuhnya pesawat penumpang pertama bagi industri penerbangan Rusia. Namun sepakat insiden tersebut menyebabkan pukulan berat bagi psikologis industri penerbangan Rusia terutama dari sisi keselamatannya.
Apalagi, insiden ini menunjukkan kelemahan Rusia kepada dunia yang berniat menyaingi Embraer asal Brazil dan Kanada yang memiliki Bombardier. Rusia juga ingin menunjukkan bangkitnya kembali Moskow setelah sempat mendapatkan sorotan terkait armada Uni Soviet beberapa waktu lalu yang banyak sekali kasus buruk soal pesawatnya.
Dengan banyaknya investasi yang dikeluarkan Rusia dalam proyek pesawat tersebut, maka insiden kecelakaan tersebut akan mengguncang keyakinan industri terutama negara kawasan barat yang menjadikan keselamatan nomor satu. Namun hal tersebut bisa saja berubah jika memang peneliti nantinya tidak menemukan adanya kesalahan teknis.
"Kalau kesalahan pilot maka hal tersebut memberikan pukulan telak bagi industri penerbangan Rusia. Namun jika itu adalah teknis pesawat maka akan mempengaruhi persepsi pelanggan terkait kemampuan pesawatnya," jelas Direktur dari Lembaga Pemeringkat Fitch, Tom Chruszcz seperti dilansir dari Reuters, Jumat (11/5/2012).
Presiden Rusia, Vladimir Putin memang meneruskan ide dari Presiden sebelumnya Dmitry Medvedev untuk memperjuangkan pengembangan pesawat Sukhoi melalui Superjet.
Para analis juga berpendapat, Putin ingin menghidupkan kembali sektor ruang angkasa yang hancur bersama Uni Soviet. Hal ini sebagai upaya untuk menunjukkan kekuatan industri Moskow di luar negeri. Para pengamat mengatakan Putin ingin menghidupkan kembali sektor ruang angkasa, yang sempat hancur bersama runtuhnya Uni Soviet.
Sukhoi Superjet memang dibuat oleh Rusia yang dahulu memang selalu mengembangkan pesawat khusus perang. Superjet ini dirancang dengan 78 sampai 98 tempat duduk yang akan dijual di pasar global.
Rusia menyatakan ambisinya untuk dapat menjual pesawat itu dengan nilai total US$ 250 miliar hingga tahun 2025, bahkan berupaya menyalip rekor Amerika Serikat dan Eropa.
Insiden Sukhoi di Indonesia, berbarengan dengan parade militer di Moskow yang biasa dikenal dengan Victory Day Military Parade di Red Square dimana Putin sendiri berjanji untuk membawa Rusia ke kancah dunia.
"Jika ini adalah bencana ya sudah pasti akan memperburuk citra Rusia di dunia, mengingat pada tahun lalu Rusia juga tidak beruntung dalam hal keselamatan udara," ungkap Boris Rybak, Direktur Moskow thinktank Infomost.
(dru/dnl)
Sumber: detik.com